Apa saja Kriteria Hotel Syariah?
Kriteria Hotel Syariah Berdasarkan PERMENPAREKRAF No . 2 Tahun 2014 Oleh : Widadi Handoyo ( Sekretaris Executive DPD PPHI Sumatera Barat dan General Manager di Hotel Rangkayo Basa Group ) Pariwisata halal atau saat ini istilahnya diperhalus dengan wisata ramah muslim belakangan sudah menjadi pembicaraan hangat hampir diseluruh kalangan, terutama yang bergerak pada bidang pariwisata. Saat ini bahkan sudah banyak kampus yang membuka porgram studi pariwisata halal. Berbicara tentang Pariwisata Halal tentu tidak bisa terlepas dengan ketersediaan penginapan syariah atau penginapan halal. Bagi masyarakat yang tertarik untuk mendirikan hotel atau penginapan syariah, beriku akan kita bahas sedikit gabmbaran tentang kriteria hotel syariah berdasarkan PERMENPAREKRAF NO 2 tahun 2014. Meskipun peraturan ini telah dicabut, namun belum ada pengganti peraturan yang berkaitan dengan hotel syariah. Peraturan ini masih sangat relevan sebagai acuan untuk mendirikan hotel syariah. Peraturan ini juga yang diadopsi dan menjadi acuan Pemerintah Sumatera Barat dalam menerbitkan Peraturan Gubernur No 19 tahun 2022 tentang pelaksanaan pariwisata halal. Kriteria Hotel Syariah terdiri dari dua jenis kriteria, yaitu ; Selanjutnya akan kita bahas secara rinci dari dua kriteria tersebut. KRITERIA HOTEL SYARIAH HILAL 1 Aspek Produk A. Toilet Umum (Public Rest Room) B. Kamar Tidur Tamu C. Kamar Mandi Tamu D. Dapur E. Ruang Karyawan F. Ruang Ibadah G. Kolam Renang H. Spa Aspek Pelayanan A. Manajemen Usaha B. Sumber Daya Manusia KRITERIA HOTEL SYARIAH HILAL 2 ASPEK PRODUK A. Lobby B. Front Office C. Toilet Umum ( Public Rest Room) D. Kamar Tidur Tamu E. Kamar Mandi Tamu F. Dapur G. Ruang Karyawan H. Kolam Renang I. Spa ASPEK PELAYANAN A. Kantor Depan B. Tata Graha C. Makan dan Minum D. Public Bar E. Olahraga, Rekreasi dan Kebugaran F. Kolam Renang G. Spa (Apabila Ada) H. Konsultasi I. Fasilitas Hiburan ASPEK PENGELOLAAN A. Organisasi B. Manajemen Usaha C. Sumber Daya Manusia
Dinas Pariwisata Sumbar Sosialisasikan Pergub 19 Tahun 2022
PPHI mengutip berita dari topsatu Selasa, 28 Feb 2023 | 10:04 Kabid Destinasi dan Industri Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Doni Hendra.(ist) BATUSANGKAR – Dinas Pariwisata Sumatera Barat gelar sosialisasi Peraturan Gubernur (Pergub) Sumbar Nomor 19 Tahun 2022 Tentang Peraturan Pelaksanaan Perda No 1 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pariwisata Halal. Pergub ini disosialisasikan pada pengusaha pariwisata dienam kabupaten-kota, diantaranya pada pengusaha hotel, guide, rumah makan dan restoran dan instansi terkait lainnya kemarin di Emersia Hotel, Batusangkar. Kabid Destinasi dan Induatri Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Doni Hendra mengatakan, jika Pergub ini diterbitkan untuk menopang wisata halal Sumbar. Diutarakannya, dalam wisata halal itu tidak hanya fokus bagi wisatawan muslim saja, akan tetapi untuk semua wisatawan yangberkunjung. Pelaku industri pariwisata harus bisa menyebarkan informasi terkait Pergub tersebut di wilayahnya. “Wisata Halal itu juga akan dinikmati wisatawan non muslim atau wisatawan yang membutuhkan, karena para wisatawan mancanegar cendrung mencari lokasi-lokasi yang terjaga kebersihan dan kenyamanannya, dimana kebersihan dan kenyamanan merupakan bagian dari wisata halal sendiri,” ujar Doni, saat dijumpai usai pembukaan. Doni menjelaskan, tujuan dari wisata halal sendiri tentunya untuk merangsang peningkatan tingkat kunjungan ke Sumbar, tentunya dengan pelayanan yang lebih ekstra. “Target wisatawan mancanegara yang dominan selama ini dari Malaysia, mereka lebih suka mencari destinasi yang ramah, nyaman, bersih, serta mencari penginapan yang tempat ibadahnya disediakan dengan baik,” ungkapnya. Namun, kondisi yang dicari wisatawan mancanegara pada umumnya, hampir sama dengan wisatawan dari Malaysia. Diutarakan, khusus wisata halal, hendaknya tempat penginapan memiliki tempat ibadah atau mushollah yang jelas, memiliki tanda atau arah kiblat yang jelas, serta terjaga kebersihan dan kenyamanannya. Pihak hotel diminta agar memperhatikan hal tersebut guna mendukung konsep wisata halal yang diusung saat ini. Dimana setiap hotel tidak hanya mencari lokasi yang asal-asalan untuk dijadikan sebagai tempat ibadah. “Kadang kita temukan tempat ibadah yang ada di hotel berada dipinggir, ruangan kecil, dan terkesan asal-asalan. Selain itu arah kiblat juga kurang jelas. Tidak ada salahnya menggunakan arah kiblat yang bisa dilihat, karena hal itu tidak mengganggu pengunjung,” bebernya. Khusus Konsep Wisata Halal sebutnya, memang harus lebih muslim friendly atau ramah muslim. “Untuk mewujudkan program itu, kita bisa melakukan intervensi pada destinasi yang dipilih agar destinasi itu bisa lebih tergali potensinya untuk dikembangkan,” sebutnya. Pada tahun 2021 lalu terang Doni, ada tiga daerah yang dipilih menjadi pilot project destinasi wisata halal, diantaranya Kawasan Danau Kembar di Solok, kemudian Islamic Center Padang Panjang, dan Istano Basa Pagaruyung di Tanahdatar. Tahun ini, ada tiga destinasi lainnya yang masuk pilot project wisata halal, diantaranya Pantai Carocok Painan di Pesisir Selatan, Kawasan Pantai Padang, dan Kota Bukittinggi. “Secara amanah, dengan adanya lokasi kawasan wisata halal itu berarti kita telah menjalankan amanah dari Pergub tersebut,” terangnya. Doni menerangkan jika sosialisasi yang digelar akan dilakukan tiga tahap. Dimana untuk tahap awal ini dilalukan terhadap enam kabupaten kota yang terdiri dari pengusaha pariwisata seperti pengusaha homestay, rumah makan restoran, spa, biro perjalanan, dan ekraf. Dalam sosialisasi tersebut dihadirkan pemateri Ahmad Wira yang merupakan Dekan FEBI UIN Imam Bonjol Padang dan sekaligus Direktur Eksekutif KDEKS Sumbar yang merupakan salah satu tim ahli pembuatan Pergub. Kemudian juga dihadirkan pemateri Ketua Tim Ahli Penyusunan pergub No 19 tahun 2022 Sari Lenggogeni dari Unand. (ydi)
PROFILE HOTEL SYARIAH TERKEMUKA DI PADANG
HOTEL SYARIAH TERKEMUKA DI PADANG, Hotel yang berkonsep Muslim Friendly Hotel atau berkonsep Halal Hotel. Hotel Rangkayo Basa sebagai hotel yang berkonsep hotel halal atau muslim friendly berada di pusat kota Padang. Beralamat di Jl.Hangtuah No 211 Padang, hadir dengan konsep Syariah Islam, Grand Openingpada tanggal 27 April 2013 sekaligus diresmikan oleh wali kota Padang yang menjabat saat itu. Bangunan hotel terdiri dari empat lantai dengan jumlah kamar pada awalnya sebanyak 29 kamar. Karena banyaknya permintaan pasar, maka mulai April 2014 jumlah kamar menjadi 52 kamar, pada tahun 2018 menambah satu kamar lagi, jadi total keseluruhan menjadi 53 Kamar. Hotel ini memiliki tiga macam kelas atau tipe dan pada bulan Nopember 2014 hotel sudah dilengkapi dengan fasilitas Lift. Fasilitas dan pelayanan hotel antara lain: Musholla, 24 pelayanan Room Service, Coffee Shop, Meeting & Functional Room, Weeding Package, Kursus Table Manner, wi-fi diseluruh area hotel, TV cabel, Laundry & dry Clean, Air Port Sevice dan area Parkir yang cukup memadai. Sejarah Nama Hotel Rangkayo Basa Generasi Pertama Dt. Rangkayo Basa Nama Datuk Rangkayo Basa mempunyai arti sejarah yang cukup luas. Gelar Datuk Rangkayo Basa hadir pertama kali pada abat ke 19 di Guguk Tinggi, disandang oleh bapak Muhammad Shaleh Dt. Rangkayo Basa . Pada masa itu beliau dikena sebagai pedagang yang cukup berjaya . Tidak saja bagaimana cara menguasai pasar tetapi juga dikenal sebagai pedagang yang sangat memperhatikan nilai nilai islam, beliau lahir pada tanggal 13 Rabiul Awal 1257H. Muhammad Shaleh Dt Rangkayo Basa layak menjadi inspiratif, beliau sosok saudagar Minangkabau abad ke XIX yang sukses. Kesuksesan beliau tidak diperoleh dengan mudah, tetapi diperoleh dengan kerja keras. Beliau tidak saja hebat berdagang, namun juga dikenal pintar dan sangat taat beragama, perpaduan kedua hal tersebut yang menjadikan beliau sebagai saudagar besar pada masa itu. Generasi Kedua Dt. Rangkayo Basa Periode kedua gelar Datuk Rangkayo Basa disandang oleh Brigjen Polisi Kaharoedin Datuk Rangkayo Basa. Beliau merupakan tamatan sekolah; Opleidings School Voor Inlandsche Ambteneren ( OSVIA ) atau sekolah ( Pangreh-Praja ) di Fort De Kock ( Bukit Tinggi ) . Beliau memiliki istri bernama Mariah yang dinikahinya pada tahun 1926 merupakan tamatan Holandsch Inlandsche School ( HIS ) di Sigli DI Aceh, atau setingkat SD jaman sekarang. Dalam perjalanan kariernya Brigjen Polisi Kaharoedin Dt.Rangkayo Basa pernah menduduki jabatan mulai dari Asisten Demang, Asisten Wedana Polisi, Kepala Poilsi Padang Luar Kota, kepala Polisi Karesidenan Riau, kepala Polisi Kota Padang, Kepala Polisi Provinsi Sumatera Tengah dan puncak kariernya, beliau sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat yang Pertama pada tahun 1958 sampai dengan 1965. Pada masa kariernya menjadi Gubernur Sumatera Barat, beliau mengalami tekanan yang sangat berat atas munculnya PRRI, satu sisi sebagai wakil perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah, disisi lain sebagai pemimpin pada kawasan wilayah yang masyarakatnya sedang bergejolak atas ketidak puasan kepada pemerintah pusat. Untuk mengenang perjuangan dan jasa Brigjen Polisi Dt Kaharoedin Rangkayo basa, maka Polda Sumatera Barat membangun monumen yang berupa sebuah gedung pertemuan yang diberi nama “ Gedung Kaharoedin Datuk Rangkayo Basa” yang beralamat di Jl.S.Parman Kota Padang. Generasi Ketiga Dt. Rangkayo Basa Selanjutnya H Havid Dt. Rangkayo Basa ( pemilik Hotel Rangkayo Basa ) merupakan generasi ketiga setelah Muhammad Shaleh Dt.Rangkayo Basa dan Brigjen Polisi Kaharoedin Dt.Rangkayo Basa. Beliau lahir di Bukit Tinggi pada tanggal 16 Oktober 1967, sebagai orang yang mempunyai latar pendidikan yang cukup tinggi, yaitu Sarjana Ekonomi, beliau tidak tertarik pada dunia kerja kantoran, beliau lebih senang menjadi pedagang dan pengusaha, dengan memulai kariernya sebagai pedagang emas sejak tahun 1993 . Sampai saat ini usahanya terus berkembang dan sudah mempunyai beberapa cabang toko emas di kota Padang Sumatera Barat dan juga daerah lain. Keinginan beliau untuk mendirikan Hotel Syariah terwujud berkat kerja sama dengan Sofyan Hospitality Internasional ( SHI ) yang bermarkas di Jakarta. Dari sejarah dan profil dari tokoh Datuk Rangkayo Basa yang sangat menginspirasi dan sebagai Ninik Mamak dan mengenang ketokohan Datuk Rangkayo Basa, maka Hotel ini diberi nama HOTEL RANGKAYO BASA. Konsep Syariah Hotel Rangkayo Basa Padang Hadirnya Hotel Rangkayo Basa yang dikelola secara syariah ini diharapkan dapat menjadi syi’ar tentang kesan hotel menjadi lebih baik. Selama ini hotel di kota Padang dan Sumatera Barat pada umumnya di nilai negatif. Hotel Rangkayo Basa diharapkan juga dapat membantu membuka lapangan kerja baru serta memenuhi kebutuhan dan permintaan kamar di kota Padang. Selain itu, Hotel muslim friendly ini juga diharapkan mengakomondasi semakin besarnya potensi wisata dikota Padang yang membutuhkan tempat menginap yang nyaman, tenang, aman dan yang pasti dijamin kehalalan dari segi menu makanannya. Manajemen Hotel Rangkayo Basa awalnya bekerja sama dengan Sofyan Hospitality Internasional ( SHI ) di Jakarta. Setelah selama lima tahun dikelola oleh manajemen Sofyaninn, maka hotel berbasis syari’ah ini sejak Juni 2018 sudah mulai dikelola sendiri, . Hotel Rangkayo Basa tetap bisa berkembang dan bersaing dengan hotel- hotel lain di kota padang dan tetap menjadi pilihan oleh para pelanggan yang selama ini sudah setia menjadi pelanggan Hotel Rangkayo Basa. Saat ini manajemen Rangkayo Basa sudah mulai mengembangkan sayapnya dengan membeli sebuah hotel yang sudah beroperasi di kota Padang Panjang, yaitu Hotel Flaminggo dengan 44 kamar, tepatnya di Jl Sutan syahril No.411 Padang Panjang . Alhamdulillah pada Januari tahun 2020 nama Flaminggo sudah resmi di ganti dengan Hotel Rangkayo Basa Padang-Panjang. Selain itu manajemen Rangkayo Basa juga menambah properti baru, yaitu sebuah Guest House di daerah Andalas Padang Timur dan sudah mulai beroperasi pada Desember 2020. Sehingga total kamar yang dikelola oleh manajemen Group Rangkayo Basa saat ini berjumlah 115 kamar. Baca Juga : Sejarah Perkembangan Wisata Halal di Sumatera Barat
PERS RELEASE
Menanggapi dan Menyikapi komentar negative tentang “wisata halal” dari tokoh masyarakat di Sumatera Barat. Padang, Agustus 2019 Oleh Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia ( PPHI ) DPD Sumbar Ketua : H Havid Dt.Rangkayo Basa. SE. Sekretaris : H. Meldian STP,MM Bismillahirahmanirrahiim Assalamu’alaikum wr.wb. Dalam beberapa hari ini setidaknya ada dua media yang memuat komentar dari para tokoh masyarakat Sumbar yang berkomentar miring dan cenderung melemahkan semangat tentang wisata halal yang sedang dan terus kita kembangkan di Sumatera Barat ini, yaitu pada hari senin 29 Juli 2019 oleh media Benteng Sumbar dan yang ke-dua pada hari minggu 04 Agustus 2019 oleh Antara Sumbar. Dari komentar dan berita tersebut sedikit banyak akan membawa polemic dan keresahan serta melemahkan semangat bagi masyarakat, khususnya yang bergerak dibidang pariwisata. Maka dari itu kami DPD PPHI Sumatera Barat, sebuah organisasi yang bergerak dan berkecimpung dalam wisata halal, merasa tergelitik dan tergerak untuk meluruskan sekaligus memperkenalkan wisata halal ( bagi yang belum kenal ) apa esensi wisata halal yang dimaksud. Jadi tidak ada yang Ilegal tentang penyelenggaraan Pariwisata Halal ( Misalnya: Dinas Pariwisata, LPPOM MUI, PHRI, ASITA, PPHI ) Demikian Pers Realese ini kami buat, Padang Agustus 2019 Wassalamu’alaikum wr.wb Atas nama pengurus DPD PPHI Sumatera Barat H Havid Dt.Rangkayo Basa SE
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PARIWISATA HALAL DI SUMATERA BARAT
Sejarah Pariwisata Halal Sumatera Barat | Wisata Halal Sumbar. Oleh: Widadi Handoyo ( Sekretaris Executive DPD PPHI Sumatera Barat dan General Manager di Hotel Rangkayo Basa Group ) Wisata halal adalah sebagai implementasi dari UU No 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal, yaitu mencakup barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetic, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Lebih jauh lagi, wisata halal merupakan Extended Service dan Fasilities atau pelayanan tambahan yang diperuntukan bagi wisatawan muslim yang selama ini belum terfasilitasi, baik untuk sholat, fasilitas umum yang mudah dan nyaman, restoran halal, penginapan yng muslim friendly dll. Di dalam masyarakat minangkabau wisata halal sangat bekesuaian, wisata halal adalah merupakan bagian dari Syariah, dan Syariah sendiri telah menjadi falsafah kehidupan orang Minangkabau, yang dijabarkan pada ABS-SBK-SMAM-ABSB ( Adat Basandi Syara’ – Syara’ Basandi Kitabullah – Syara’ Mangato Adat Mamakai – Adat Bapaneh Syara’ Balinduang ) KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA HALAL Wisata halal ini merupakan layanan tambahan bagi wisata muslim yang akan melakukan perjalanan wisata, dan layanan tersebut harus yang mudah dan nyaman untuk kebutuhan harian bagi wisatawan muslim,mulai dari bandara, selama perjalanan, daerah tujuan wisata, penginapan, tempat belanja, antara lain: Dari kesembilan kreteria di atas, suatu destinasi bisa di katakan destinasi halal minimal memenuhi 3 unsur teratas. SEJARAH PARIWISATA HALAL SUMATERA BARAT Cerita sejarah pariwisata halal di Sumatera Barat di mulai pada tahun 2014, mulai diadakan FGD ( Forum Groups Discussion ) di Sumatera Barat dan selanjutnya di susul dengan sosialisasi yang berkelanjutan. Wisata halal di sumatera barat mulai booming atau semacam mendapatkan boster, yaitu pada tahun 2016 Sumatera Barat mendapatkan 3 penghargaan, yaitu sebagai; Selanjutnya pada tahun 2020 terbit PERDA PARIWISATA HALAL NO.1 TAHUN 2020, dan disusul pada 2022 terbit Peraturan Gubernur No.19 tahun 2022 Berkaitan Dengan Pelaksanaan Perda No.01/2020 tentang penyelenggaraan pariwisata halal. Perkembangan atau pengaruh di luncurkannya program pariwisata halal di Sumatera Barat, antara lain; SEJARAH PARIWISATA HALAL INDONESIA Bicara wisata halal di Sumatera Barat tidak lengkap apabila tidak di lengkapi dengan sejarah wisata halal secara umum di Indonesia. Pada 2015 Indonesia pertama kali mengikuti World Halal Tourism Award (WHTA) dan Global Tourims Index (GMTI) . Indonesia saat itu mendapatkan 2 penghargaan Lombok NTB ( Best Halal Destination ) dan Best Hotel Muslim Friendly yang diraih oleh Sofyan Hotel Jakarta. Selanjutnya pada 2016 Indonesia memborong 12 penghargaan pada ajang yang sama. Tiga kategori di antaranya di raih oleh Sumatera Barat, secara rinci berikut 12 kategori yang di maksud: Penghargaan Pariwisata Halal Indonesia Lainnya Pada tahun 2017 lagi lagi Pariwisata Halal Indonesia menduduki TOP 3 dari ajang GMTI. Indonesia menetapkan 10 daerah tujuan wisata halal Indonesia, yaitu; Jakarta, Riau, Lombok, Sumatera Barat, Aceh, Jawa Tengah,Yogya Malang, Makasar. Dari 10 tersebut ada 5 daerah tujuan wisata halal unggulan, yaitu: Aceh, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Riau ( kepri ) Lombok NTB. Tahun 2019 merupakan puncak prestasi yang di raih oleh Pariwisata Halal Indonesia yaitu menduduki peringkat ke-1 bersama Malaysia dengan nilai yang sama pada Global Muslim Travel Index. Pada 2019 Indonesia juga meluncurkan IMTI (Indonesia Muslim Travel Index ) pada tahun 2020 terjadi pandemi COVID-19 sehingga acara GMTI ditiadakan. Pada tahun 2021 prestasi pariwisata indonesia turun peringkat di urutan ke-4, urutan pertama tetap Malaysia. Kendala Pariwisata Halal Setiap usaha atau program sudah dipastikan selalu ada kendala, begitu juga pariwisata halal ini. Kendala-kendala yang timbul antara lain: Dengan pengalihan wewenang penerbitan sertifikat halal dari MUI ke Kementerian Agama. Biaya lebih tinggi, secara proses juga lebih sulit karena belum ada kesiapan di Lembaga Penjamin Halal ( LPH ) di setiap daerah, hal ini sedikit banyak menjadi kendala bagi para pelaku industri. Kemudian kendala lain, belum semua masyarakat sadar pentingnya sertifikat halal, karena beranggapan di sumatera Barat yang mayoritas muslim, sudah beranggapan semuamakan halal, padahal makanan olahan melalui proses yang belum tentu halal proses dan zat tambahannya. Selanjutnya kebanyakan wisatawan masalah halal belum menjadi pertimbangan sebagai pilihan, berbeda jika berkunjung ke daerah yang mayoritas NON muslim, masalah serttifikat halal pasti sangat di cari. Maka dari itu wisata halal di daerah yang mayoritas muslim agak susah berkembang. Baca Juga : PERS RELEASE PARIWISATA HALAL SUMATERA BARAT
Mengunjungi Tempat Wisata Sumbar
Kali ini kami mencoba untuk memberikan gambaran perjalanan anda mengunjungi tempat wisata di Sumatera Barat. Kami akan mencoba merincinya dengan sederhana. Jika anda menggunakan moda transportasi udara, anda akan mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Lokasi Bandara ini bukan di Kota Padang, tapi lokasi Bandara Internasional Minangkabau berada di Kabupaten Padang Pariaman. Berjarak sekitar 22,6 KM dari Pusat Kota Padang, kami menyarankan anda untuk menggunakan bus pariwisata resmi seperti Bus Vircansa. Bus Vircansa sendiri adalah bagian dari Bus NPM Group yang telah berdiri sejak tahun 1937. Perusahaan Oto Bus NPM adalah perusahaan oto bus tertua di Indonesia untuk luar jawa. Berpusat di Kota Padang Panjang yang dikenal sebagai serambi mekah, tapi Bus Vircansa sendiri memiliki kantor perwakilan di Kota Padang, berada di tengah-tengah Kota Padang. Klik LIHAT PETA untuk melihat petunjuk arah ke Pool NPM dan Vircansa. Selain itu ada Operator Tour Terbaik Dunia atau World Best Halal Tour Operator ada di Kota Padang, yaitu ERA TOUR. Anda bisa menghubungi mereka dan tentu akan lebih mengasyikan bepergian bersama dengan pola perjalanan terstruktur. Namun jika anda adalah wisatawan yang suka bepergian dengan kendaraan pribadi. Jika anda berasal dari Riau, maka tentu anda akan memilih perjalanan dari Bukittinggi sekitarnya. Jika anda wisatawan Sumatera Utara yang datang ke Sumbar, anda bisa masuk melalui rute : 1. Sibolga ke Bukittinggi 2. Kota Duri-Bangkinang-Bukittinggi. 3. Padang Sidempuan-Pasaman-Bukittinggi. Jika anda wisatawan yang berasal dari Bengkulu, anda tentu akan melewati rute Muko-Muko hingga ke Pesisir Selatan dan masuk Kota Padang. Jika anda Wisatawan yang berasal dari Jambi, anda dapat masuk ke Sumatera Barat melalui rute : Muaro bungo – Dharmasraya – Sijunjung – Solok – Kota Padang atau bisa dengan rute Sungai Penuh – Kerinci – Solok Selatan – Kabupaten Solok – Kota Padang. Itu rute yang pernah penulis lewati saat keluar atau masuk sumbar dari Provinsi tetangga. Oke, kita kembali ke rute perjalanan : Anda dapat memilih memulai berwisata dari mana saja di Sumbar karena hampir semua tempat wisata di Sumbar sangat elok di pandang mata, memanjakan selera dan membuang kepenatan rutinitas karena hampir semua perjalanan di Sumbar di hiasi oleh hutan dan air yang jernih. Wisata di Bukittinggi Hari pertama anda sebaiknya menuju Bukittinggi, terdapat banyak sekali Hotel di Kota Bukttinggi. Perlu anda catat bahwa hampir semua hotel di Bukittinggi mensyaratkan pasangan yang sudah menikah atau punya hubungan keluarga dekat saja yang bisa check in dalam satu kamar. Setelah sarapan di Hotel, anda bisa mengunjungi Kebun Binatang Kinantan yang berada dekat sekali dengan jam gadang. Anda dapat melihat beragam satwa baik yang hidup maupun telah di museumkan/diawetkan. Juga terdapat rumah adat yang berisi benda bersejarah dan buku bersejerah tentang Sumatera Barat dan Minangkabau. klik LIHAT PETA untuk mendapatkan arah ke Kinantan Zoo Bukittinggi. Anda juga dapat berkuda di Benteng fort de kock yang merupakan benteng tua peninggalan penjajah Belanda dulu. Benteng itu bisa dijadikan tempat istirahat dan menikmati segarnya udara Kota Bukittinggi. Antara pintu masuk Kinantan Zoo dengan benteng fort de kock, terdapat jembatan gantung “LIMPAPEH”, anda dapat melihat garis lurus antara Kantor Walikota Bukittinggi dengan Hotel Tua yang kini diberi nama Novotel yang dioperasikan oleh Group Accor Hotel. Lelah di kinantan Zoo anda dapat makan siang di pasa lambuang, pusat makan khas Kapau yang sangat terkenal enak dan tentu harga yang sesuai kualitas. Saya pribadi tetap berusaha makan disini jika melewati Kota Bukittinggi, namanya Kios Lambuang Pasa Lereng Bukittinggi. klik LIHAT PETA untuk mendapatkan petunjuk arah ke sana. Oh ya, jangan lupa untuk berselfie di Janjang ampek puluah. Tempat biasa kami mencoba adalah Nasi Kapau Ni Er, jika anda belum tergesa-gesa, sebaiknya makan siang di pukul 11 siang, kios lambuang itu sendiri terdiri dari belasan pedagang. Dan telah buka sejak pukul 07.30 pagi. Jika anda datang di saat setelah waktu sholat, anda harus siap antri panjang. Setelah atau sebelum makan, anda dapat sholat di Masjid Raya Bukittinggi. Dan di sekitar masjid adalah pusat pasar yang dikenal dengan pasar atas. Anda dapat membeli souvenir Bukittinggi disini. LIHAT PETA Dari masjid, anda cukup berjalan kaki menuju jam gadang. Tapi tunggu dulu, sebaiknya anda menuju lubang jepang, melihat saksi sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Anda akan dibawa masuk ke dalam terowongan bawah tanah yang konon dijadikan sebagai tempat penyiksaan rakyat Indonesia oleh tentara Jepang masa penjajahan. LIHAT PETA Setelah lubang jepang, anda bisa menikmati sore di Ngarai Sianok, bisa menikmati makan bebek cabe hijau yang dikenal sebagai ITIAK LADO MUDO. Atau makan kerupuk kuah sate ditaburi mi lasa khas Bukittinggi atau menikmati pensi khas danau maninjau. Malam hari anda bisa duduk bersantai di sekitaran Jam Gadang atau di sekitar lapangan kantin. Anda juga dapat menikmati wifi.id di dekat kantor Telkom Bukittinggi yang juga berderatan dengan Gereja tua di Bukittinggi yang sampai sekarang masih di pakai untuk ibadat oleh saudara-saudara kami yang nasrani. Meski Sumatera Barat adalah daerah dengan corak Islam yang kental, tapi tidak pernah ada kasus pembakaran gereja atau pelarangan orang beragama lain yang di akui negara di tanah Minangkabau. Dan bahkan satu Bupati di Sumatera Barat beragama nasrani. Itulah bentuk toleransi masyarkat minang terhadap perbedaan. Tadi adalah perjalanan satu hari berwisata di Kota Bukittinggi, apakah cuma itu? Tidak. Anda dapat mengunjungi : 1. Rumah kelahiran Bung Hatta, Proklamator dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. LIHAT PETA 2. Perpustakaan Bung Hatta. LIHAT PETA 3. Jenjang Koto Gadang. LIHAT PETA 4. Pusat Souvenir Bukittinggi, LIHAT PETA Hari Kedua berwisata di Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota : Next Article ya 🙂 admin mau kerja lagi di dunia nyata, hehe…
PPHI Sumbar Lirik Wisatawan Timur Tengah
Sejak tahun 2016, Sumbar dinobatkan sebagai destinasi wisata halal dunia. Berbagai upaya terus dilakukan semua kalangan untuk mempertahankan itu. Termasuk yang dilakukan DPD Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Sumbar. Hal ini disampaikan Ketua DPD PPHI Sumbar Havid Dt Rang Kayo Basa, kemarin (7/11) di hadapan sejumlah wartawan di Hotel Rang Kayo Basa, Padang saat menjelaskan rencana pengukuhan pengurus PPHI Sumbar. Havid menjelaskan pengakuan dunia yang disampaikan pada ajang World Halal Tourism Award 2016 ini mesti dimaksimalkan. Di sisi lain, upaya melengkapi sarana dan prasarana pendukung juga terus dilakukan. Dia menyebutkan potensi wisatawan yang cukup besar adalah wisatawan asal Timur Tengah. Pasalnya wisatawan ini termasuk kategori wisatawan yang royal dan dengan kunjungan waktu yang lama. “Wisatawan Timur Tengah ini suka berbelanja, menginap di tempat yang mewah. Ini mesti kita jadikan momen,” katanya didampingi Bendahara Arnold Kurniawan, dan Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Anggota Chesie Havitriani. Upaya yang dilakukan PPHI Sumbar dengan gencar melakukan sosialisasi dan promosi wisata Sumbar ke negara Timur Tengah. Disebutkannya wisatawan Timur Tengah ini telah mengenal Indonesia seperti Bandung. “Kita berupaya agar wisatawan ini mengenal dan berkunjung ke Sumbar,” katanya. Sementara, Sekretaris PPHI Sumbar Meldian menyampaikan upaya mendukung itu mesti diikuti dengan penyediaan sarana dan prasarana. Seperti menyediakan tempat shalat yang layak. Tak berada dipojok satu tempat, apalagi kotor. “Di luar sana, wisatawan muslim dimanjakan dengan tempat shalat yang nyaman dan bersih. Posisinya tak dipojok-pojok. Jika sarana dan prasarana ini dibenahi, wisatawan Timur Tengah bakal tertarik,” katanya didampingi Sekretaris Eksekutif Widadi. Begitu juga terkait dengan label halal yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika MUI pada rumah makan atau restoran. Bagi wisatawan muslim dari luar Indonesia hal ini sangat memiliki dampak dan pengaruh. Terkait pengukuhan pengurus PPHI Sumbar, disampaikan Meldian kalau pengukuhan dilakukan pada Rabu (14/11) mendatang di Hotel Rangkayo Basa. Dikukuhkan langsung oleh Ketua Umum PPHI. Juga diadakan seminar pariwisata halal serta peluncuran website PPHI Sumbar. (*) Editor : Elsy Maisany Sumber Berita : Eka Rianto – Padang Ekspres
PPHI berharap Perda Wisata Halal segera diterbitkan
Padang, (Antaranews Sumbar) – Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Sumatera Barat berharap Perda tentang wisata halal segera diterbitkan oleh pemerintah setempat sebagai payung hukum dalam pengembangan di Ranah Minang. “Potensi wisata halal di Sumbar terbilang besar, apalagi sejak 2016 Kementerian Pariwisata menetapkan provinsi ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata halal, agar pengelolaanya lebih optimal perlu ada payung hukum dalam bentuk peraturan daerah,” kata Ketua PPHI Sumbar Havid Dt Rang Kayo Basa di Padang, Rabu. Ia menyampaikan hal itu dalam pemaparan kepada wartawan dalam rangka pengukuhan pengurus PPHI Sumbar yang akan digelar pada 14 November 2018. Menurutnya pengembangan wisata halal di Sumbar memiliki potensi besar sejalan dengan falsafah adat yaitu Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah yang berarti adat berdasarkan syarak dan syara mengacu kepada Al Quran. “Artinya jika potensi tersebut dikelola dengan baik tentu akan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Sumbar seperti dari Timur Tengah,” kata dia. Selain itu menurutnya wisata halal tidak hanya diperuntukan bagi muslim semata karena identik dengan bersih, higienis sehingga dapat dinikmati semua kalangan. Sejalan dengan itu Sekretaris PPHI Sumbar Meldian menyampaika salah satu pasar yang bisa dibidik dari wisata halal adalah turis dari Timur Tengah karena mereka punya kebiasaan liburan membawa keluarga dan dalam waktu lama. Namun harus diakui sarana yang dimiliki di Sumbar belum sepenuhnya memadai seperti kondisi toilet dan tempat shalat yang perlu ditingkatkan agar pengunjung nyaman, ujar dia. Ia menilai kehadiran regulasi dalam bentuk perda akan mendukung kebijakan pariwisata halal. Pada sisi lain PPHI juga melihat salah satu kendala pengembangan wisata halal adalah faktor sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan. Ini harus dilakukan dengan sinergi semua pihak agar pengelola wisata bisa lebih ramah dalam melayani tamu, katanya. Tidak hanya itu sarana penunjang juga perlu ditambah mulai dari hotel syariah, restoran yang memiliki sertifikat halal, spa halal, hingga butik, ujar dia.